MOUNTAINEERING
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatukegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yangmenamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya).Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikianbukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan denganaktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memilikidasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yangharus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturanpendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendakigunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan,yaitu :1. Berjalan (Hill Walking)Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatanyang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memanghanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjoladalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)2. Memanjat (Rock Climbing)Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun iatetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyakmetode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secarakhusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti,tangan hanya memberi pertolongan.3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalahcara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknikpendakian tebing gunung salju.Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.
II. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harusmenguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompasserta altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akandihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunungtersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernahmendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen meleluiperedaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatudaerah semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakansemua yang berkaitan dengan pendakian.
4. Perbekalan dan Peralatan
Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapanmendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindungkeselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organtubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukanperlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baruitu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapanmasak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
III. BAHAYA DI GUNUNG
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
1. Faktor InternalYaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidakdipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapanyang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan danmental.
2. Faktor EksternalYaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyekpendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya inidapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktorintern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untukpegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.
IV. LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alamdalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :
1. PersiapanYang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
• Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus :Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian,persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitandengan pendakian.
•Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan denganberolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkanketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/ mempelajarikemungkinan-kemungki nan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-carapencegahan/ pemecahannya.
2. Pelaksanaan Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawaguide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunungtersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok,yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti- Kelompok penyapuMasing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan(penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camppendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan(disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba dipuncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yangtertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karenadengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Inimenuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).
V. FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segalakonsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan punjelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas biladikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakinbertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara jugasemakin berkurang.Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita,itulah yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuhdi daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurangpengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
1. Konsekuensi Penurunan SuhuManusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusiamemiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuhterhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapatmembahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akanterangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlubanyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dantenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untukmenjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuhbiasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasihaemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasiHaemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena ituuntuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihanaerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini jugamerangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3. Kesegaran JasmaniKesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yangditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare danneuromusculare.Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurangenak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakitgunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok pada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (denganmembawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
•Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
•Sukar atau tidak dapat tidur
•Kehilangan control emosi atau lekas marah
•Bernafas agak berat/susah
•Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikapsemaunya dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
•Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadimaka orang ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegahkekosongan perut.
•Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapaipuncaknya pada hari kedua.
Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak pedulilagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkankemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbulrasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyatadan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.
4. Program Aerobik Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yangmaksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaranperedaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasukijaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobindarah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-haltersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang membutuhkan lebih terjamin.Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama dua bulansebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri(mental), keteguhan hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakandenyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelahlari selama 20 menit. Seorang yang dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknyaapabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yangtentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjagadaya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihanbeban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
VI. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi MedanA
. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
•Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta
.Dengan menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titikdiidentifikasi tersebut di dalam peta
. Garis perpotongan satu titik yaitu posisikita pada peta.
•Bila diketahui satu titik identifikasi.
Ada beberapa cara yang dapat dicapai:
1.Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, makaperpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah kedudukan kita.
2.Menggunakan altimeter.
Perpotongan antara garis yang ditarik dari titikidentifikasi dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka padaaltimeter adalah kedudukan kita.
3.Dilakukan secara kira-kira saja.
Apabila kita sedang mendaki gunung,kemudian titik yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garisdari titik identifikasi itu, lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yangtelah kita daki B. Menggunakan kompas. Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakaidalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa C. Peta dalam perjalananDengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilauiatau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalampraktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yangsangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi.
Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitudengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awalperjalanan.Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas. Adabaiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal,mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembaliketempat semula.Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadaplingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukanperjalanan kepekaan itu bisa diperoleh 2. Membaca Keadaan Alam A. Keadaan udara
•Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam.
Sinar merah pada langit yangtidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktuMatahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
•Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari.
Apabilatidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, makadiramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
•Awan putih berbentuk seperti bulu kambing.
Apabila awan ini hilang atauhanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompokseperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alammenggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
- Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk- Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
- Sandi dari rumput/semak yang diikatTujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlukembali ke tempat semula atau pulang.3.
Tingkatan Pendakian gunungAgar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit ataumudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitansetiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karaktertebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
Kelas 1 : Berjalan.
Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus
.Kelas 2 : Merangkak (scrambling).
Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3 : Memanjat (climbing).
Tali diperlukan bagi pendaki yang belumberpengalaman.
Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying.
Anchor untuk belaying mungkindiperlukan.
Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner.
Kelas ini dibagi lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6 : Pemanjatan artificial.
Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik.Kelas ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatukegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yangmenamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya).Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikianbukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan denganaktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memilikidasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yangharus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturanpendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendakigunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan,yaitu :1. Berjalan (Hill Walking)Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatanyang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memanghanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjoladalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)2. Memanjat (Rock Climbing)Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun iatetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyakmetode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secarakhusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti,tangan hanya memberi pertolongan.3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalahcara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknikpendakian tebing gunung salju.Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.
II. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harusmenguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompasserta altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akandihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunungtersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernahmendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen meleluiperedaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatudaerah semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakansemua yang berkaitan dengan pendakian.
4. Perbekalan dan Peralatan
Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapanmendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindungkeselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organtubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukanperlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baruitu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapanmasak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
III. BAHAYA DI GUNUNG
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
1. Faktor InternalYaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidakdipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapanyang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan danmental.
2. Faktor EksternalYaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyekpendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya inidapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktorintern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untukpegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.
IV. LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alamdalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :
1. PersiapanYang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
• Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus :Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian,persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitandengan pendakian.
•Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan denganberolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkanketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/
2. Pelaksanaan Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawaguide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunungtersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok,yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti- Kelompok penyapuMasing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan(penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camppendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan(disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba dipuncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yangtertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karenadengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Inimenuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).
V. FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segalakonsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan punjelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas biladikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakinbertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara jugasemakin berkurang.Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita,itulah yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuhdi daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurangpengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
1. Konsekuensi Penurunan SuhuManusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusiamemiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuhterhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapatmembahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akanterangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlubanyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dantenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untukmenjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuhbiasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasihaemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasiHaemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena ituuntuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihanaerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini jugamerangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3. Kesegaran JasmaniKesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yangditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare danneuromusculare.Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurangenak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakitgunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok pada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (denganmembawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
•Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
•Sukar atau tidak dapat tidur
•Kehilangan control emosi atau lekas marah
•Bernafas agak berat/susah
•Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikapsemaunya dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
•Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadimaka orang ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegahkekosongan perut.
•Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapaipuncaknya pada hari kedua.
Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak pedulilagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkankemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbulrasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyatadan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.
4. Program Aerobik Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yangmaksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaranperedaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasukijaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobindarah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-haltersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang membutuhkan lebih terjamin.Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama dua bulansebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri(mental), keteguhan hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakandenyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelahlari selama 20 menit. Seorang yang dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknyaapabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yangtentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjagadaya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihanbeban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
VI. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi MedanA
. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
•Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta
.Dengan menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titikdiidentifikasi tersebut di dalam peta
. Garis perpotongan satu titik yaitu posisikita pada peta.
•Bila diketahui satu titik identifikasi.
Ada beberapa cara yang dapat dicapai:
1.Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, makaperpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah kedudukan kita.
2.Menggunakan altimeter.
Perpotongan antara garis yang ditarik dari titikidentifikasi dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka padaaltimeter adalah kedudukan kita.
3.Dilakukan secara kira-kira saja.
Apabila kita sedang mendaki gunung,kemudian titik yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garisdari titik identifikasi itu, lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yangtelah kita daki B. Menggunakan kompas. Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakaidalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa C. Peta dalam perjalananDengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilauiatau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalampraktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yangsangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi.
Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitudengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awalperjalanan.Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas. Adabaiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal,mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembaliketempat semula.Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadaplingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukanperjalanan kepekaan itu bisa diperoleh 2. Membaca Keadaan Alam A. Keadaan udara
•Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam.
Sinar merah pada langit yangtidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktuMatahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
•Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari.
Apabilatidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, makadiramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
•Awan putih berbentuk seperti bulu kambing.
Apabila awan ini hilang atauhanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompokseperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alammenggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
- Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk- Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
- Sandi dari rumput/semak yang diikatTujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlukembali ke tempat semula atau pulang.3.
Tingkatan Pendakian gunungAgar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit ataumudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitansetiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karaktertebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
Kelas 1 : Berjalan.
Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus
.Kelas 2 : Merangkak (scrambling).
Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3 : Memanjat (climbing).
Tali diperlukan bagi pendaki yang belumberpengalaman.
Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying.
Anchor untuk belaying mungkindiperlukan.
Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner.
Kelas ini dibagi lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6 : Pemanjatan artificial.
Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik.Kelas ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar